Minggu, 20 Agustus 2017

Hasil gambar untuk ARTI KATA TORAJA




Tongkonan

Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon (duduk).

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.

Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan yaitu :

1. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat "pemerintahan".

2. Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi local

3. Tongkonan batu adalah tempat tinggal anggota keluarga biasa



Eksklusifitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan yang menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar




Hasil gambar untuk ukiran kayu masyarakat toraja


Ukiran kayu


Untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya Pa'ssura (atau "tulisan"). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.

Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan tanaman yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting dan kecebong yang melambangkan kesuburan.







Hasil gambar untuk tradisi pemakaman toraja



Upacara Rambu Solo
Upacara Rambu Solo merupakan serangkaian kegiatan yang meriah dan mewah. Selain masa persiapannya membutuhkan waktu berbulan-bulan, biayanya juga cukup mahal. Upacara ini dilakukan atas satu kepercayaan bahwa upacara tersebut tidak akan membuat arwah orang yang meninggal memberikan kemalangan pada yang masih hidup. Singkatnya, upacara Rambu Solo untuk menangkal kemalangan.
Kepercayaan tersebut diyakini karena bagi masyarakat Toraja, orang yang mininggal hanya dianggap seperti orang sakit, karenanya masih harus dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup dengan menyediakan makanan, minuman, rokok, sirih, atau beragam sesajian lainnya.
Khusus untuk masa pemakaman, biasanya dalam masa menunggu upacara siap dilakukan, raga orang yang meninggal dibungkus kain kemudian disimpan di rumah leluhur atau tongkonan. Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial Suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual Suku Toraja. Oleh karena itu, semua anggota keluarga diharuskan ikut serta sebagai lambang hubungan mereka dengan leluhur.
Adapun puncak upacara dilangsungkan pada bulan Juli dan Agustus. Dimana seluruh masyarakat yang merantau pada saat itu akan pulang kampung demi ikut serta dalam serangkaian upacara Rambu Solo. Satu hal lagi, dalam kepercayaan masyarakat Tana Toraja (Aluk To Dolo) ada prinsip semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat rohnya untuk sampai menuju nirwana.
Menurut aturan main dalam tradisi Rambu Solo, keluarga yang ditinggalkan harus mengorbankan banyak kerbau atau babi untuk si mati agar kerbau dan babi tadi dapat menjaga perjalanan si mati, yaitu supaya terhindar dari malapetaka yang akan muncul seiring perjalanannya menuju alam nirwana. Masyarakat Toraja memiliki kepercayaan bahwa dengan banyaknya kerbau-kerbau yang dikurbankan akan lebih cepat mengantarkan roh si mati menuju nirwana keabadian.
Menurut budayawan Matroni Muserang, mereka mempercayai bahwa roh si mati menunggangi salah satu kerbau yang teristimewa (kerbau belang atau bonga) dan kerbau-kerbau hitam lainnya menjaga dan mengiringi perjalanan roh si mati menuju alam nirwana keabadian. Semakin banyak kerbau yang dikurbankan, semakin cepat dosa si mati terhapuskan dan mendapat tempat di sisi-Nya. Selain itu, semakin banyak kerbau yang dikurbankan juga akan melambangkan kelayakan kehidupan sang mendiang di alam baka. Banyaknya kerbau yang dikurbankan selain menjaga keselamatan roh si mati menuju alam nirwana, secara tidak langsung juga akan meninggalkan ketentraman batin bagi seluruh keluarga yang ditinggalkan di dunia.


Di dalam acara Rambu solo terdapat beberapa ritual seperti:

1. Adu laga kerbau
2. Adu kaki.
Ritual inilah yang paling berbahaya dimana mempertontongkan adu kekuatan kaki kaum lelaki dan tidak jarang terjadi hal yang fatal, ritual ini hanya akan dilaksanakan apabila acara pemakaman keluarga kalangan atas.
3. Pemotongan Kerbau dan Babi
jumlah Kerbau dan Babi yang di kurbangkan tergantung seberapa tinggi kasta pihak keluarga,semakin tinggi kasta acara pemakamannya maka semakin meriah pula acaranya.
Sebelum Kerbau di kurbangkan terlebih dahulu Kerbau diarak sebagai bentuk penghormatan sebelum di adu.dalam kepercayaan Toraja “Aluk to dolo”dipercaya bahwa semakin banyak kerbau dikorbangkan maka semakin cepat pula mayat mencapai Puya (akhirat).daging kerbau yang telah dipotong-potong akan diberikan kepada para tamu dan akan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.
4. Penerimaan tamu.
Tamu yang datang biasanya datang bersama kelompok keluarganya dan membawa kerbau atau babi sebagai hadiah,namun hadiah yang dibawa tamu dianggap sebagai utang dan pihak almarhum diwajibkan menggantinya jika pihak tamu tersebut juga mengadakan pesta pemakaman nantinya dan ini telah menjadi tradisi dan tidak boleh ditolak dan apabila tidak dilaksanakan maka pihak keluarga tersebut akan membeberkan di acara pemakaman mereka
5. Ma’badong adalah satu tarian upacara yang dilakukan secara berkelompok.para penari membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dan umumnya memakai pakaian hitam. Ma’badong bukan hanya sekedar tarian, melaingkan sebuah kegiatan melagukang badong dengan gerak khas. Syair yang dinyayikan berisi pengagungan terhadap si mati, di dalam nya di ceritakan asal usul dari langit, masa kanak-kanaknya, amal dan kebaikannya serta semua hal yang menyangkut dirinya yang dianggap terpuji.
Selain itu didalamnya juga mengandung harapan bahwa orang mati tersebut dengan segala kebaikannya akan memberkati orang-orangyang masih hidup.
6. Dan ritual yang terakhir yaitu membawa jenasah ke tempat pemakaman. 
Ada 3 cara pemakaman yang
 1.peti mati di letakkan di dalam gua, peti mati ditempatkan di makam batu           terukir dan di gantung di tebing. 
2. Sebelum jenazah dibawa ke tempat pemakamannya terlebih dahulu peti jenazah dihiasi dengan kain adat, tali dan pernak pernik dari emas dan perak. tak hanya itu, di dalam peti jenazah akan diletakkan berbagai barang sebagai bekal perjalana menuju puya(akhirat).
3.Barang-barang tersebut berupa pakaian, uang dan sejumlah perhiasan.menurut kepercayaan masyarakat Toraja (aluk to dolo) semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat pula rohnya untuk sampai di akhirat. Dengan selesainya ritual terakhir ini maka acara Rambu solo dianggap telah selesai dan masyarakat Toraja akan manjalani aktivitas mereka masing-masing.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MITOS TERJADINYA MANUSIA TORAJA

Pada mulanya segalah sesuatunya gelap tapi langit dan bumi sudah bersatu atas perintah Puaang Matua(Sang Pencipta semesta Alam), kemudian la...